Senin, 23 April 2012

Kambing Sang Pencerah

Nah,, ini adalah cerita yang berisi imajinasi yang liar. Eh,, tapi bukan yang ga senonoh ya! Cerita ini terinspirasi dari cerita kancil, dan apabila biasanya kancil menjadi pemeran utama tapi disini kancil merupakan tokoh figurannya..
Penasaran?
Selamat membaca..
:D

Disiang hari yang cerah ceria dan ditambah nyanyian burung serta desiran daun, dengan riangnya seeokor Kambing memutari hutan dengan menggunakan sepeda kesayangannya. Sambil menyusuri hutan untuk mencari rumput dia pun tak melewatkan diri untuk menyanyikan lagu kesayangannya yaitu lagu milik Ridho Roma yang berjudul “Let’s Have Fun Together” dengan bahagianya. Tiba-tiba dari arah yang berlawanan munculah sosok yang sangat misterius dan berjalan sangat tergesa-gesa.
Dalam hati kambing berkata, “Wah, siapa dia yang berlari tergesa-gesa?.”
Jegeeeeeer!
Tanpa diduga kambing tertabrak oleh sosok itu. Kambing tak mampu mengendalikan keseimbangan sepedanya kemudian terjerembablah dia masuk kedalam semak belukar sambil berguling-guling.
“Aaaaaaaaaaaaaarghhhhhhhh!”, jerit kambing dan sosok itu.
Setelah putaran itu terhenti kemudian sosok itu pun tak sadarkan diri.
“Hey hey, Bangun! Ah menyusahkan saja dia, dia yang menabrak dia yang pingsan, aku yang repot.”, gerutu kambing.
Kambing terus berusaha membangunkan sosok tersebut.
“Di-dimana ini? Aw, dahiku sakit.”
“Kau berada di bawah semak belukar. Kau tadi berlari sangat cepat lalu menabrakku. Sudah cepat bangun aku tak kuat menggendongmu!”, seru kambing.
“Hah? Aku menabrakmu? Oh ya, aku ingat tadi kau yang menghalangi jalanku. Kau mengapa menghalangi jalanku hah?
“Apaaaaaaaa? Aku menghalangi jalanmu? Hey, asal kau tahu saja ya kau yang menabrakku dan membuat ku jatuh kedalam sini tahu!!!”
“Ah sudahlah kau memang menyusahkan!”, bentak sosok itu.
“Kaulah yang menyebalkan!”, kambing melawan.
Teruslah pertengkaran tersebut berjalan sampai pada akhirnya mereka lelah sendiri. Pada saat pertengkaran itu usai karena mereka menyadari bahwa pertengkaran tersebut tidak penting, mereka pun saling berkenalan. Dari perkenalan tersebut terkuak lah bahwa sosok misterius tersebut adalah kancil yang sedang menyamar menjadi orang-orangan sawah.
“Hah? Kau Kancil? Kancil yang terkenal cerdik itu?”, mata kambing serasa akan keluar karena saking terkejutnya.
“Iya, aku Kancil yang sangat amat super terkenal cerdik itu.”, jawab kancil dengan sombongnya.
“Lah, kalau begitu untuk apa kau menyamar?”
“Ini rahasia ya Mbing, aku menyamar karena aku ingin masuk ke keluarga Pak Tani Bu Tani agar aku bisa makan sepuasnya Mbing.”
“Hah? Kau mau mencuri lagi Cil? Aduh sudahlah kau bekerja yang halal saja Cil seperti aku. Kalau kau mencuri kau rugi sendiri Cil!”, Kambing menyarankan.
“Ah, kau cerewet sekali Mbing. Aku belum mau tobat, nanti saja kalau aku sudah tua baru aku akan menghentikan aksiku ini. Aku kan masih muda Cil, rugi kalau aku sudah bijak diusiaku yang masih belia ini. Hahahaha.”
“Kau ini, ya sudahlah kalau begitu. Terserah ku saja lah! Aku pulang duluan Cil.”, Kambing pasrah.
“Okeh deh Mbing! Bekerja yang rajin ya Mbing, semoga kau cepat kaya. Hahahha.”, Kancil tertawa menjatuhkan.
Mereka pun berpisah. Kambing kembali mencari rumput untuk dijual pada teman-temannya, sedangkan Kancil meneruskan misi penyamarannya.
Waktu menjelang malam, waktunya Kambing pulang untuk menjual rumput-rumputnya itu. Tiba di pasar malam, para pelanggan tetap Kambing segera menyerbu dagangan Kambing.
“Ayo ayooooo. Rumput lezat, pilihan berkualitas, membuat anda cerdas.”, Kambing berpromosi.
“Mbing, aku beli sekilo ya?” Anjing bertanya.
“Loh, kamu makan rumput sekarang Njing?”, Tanya kambing keheranan.
“Iya nih, kolesterol aku sedang tinggi. Aku sedang menjalani program diet atau mungkin menjadi vegetarian sekarang.”, Anjing menyampaikan keluh kesalnya pada Kambing.
“Oh, baiklah kalau begitu akan ku berikan bonus untukmu.”
“Terimakasih Mbing.”, Anjing tersenyum kepada Kambing.
 Pasar usai, Kambing pun pulang dengan hasil dagang yang memuaskan. Setelah dia pulang dia pun beristirahat sejenak sambil menonton berita teraktual dihari itu yaitu berita korupsi yang dilakukan manusia.
“Ah, ada-ada saja mereka itu. Sepertinya tak ada hari tanpa berita korupsi. Apabila mereka jujur Negara ini pasti sudah sangat aman dari dulu.”, gumam Kambing dalam hati.
Hari berganti hari, tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Kambing melakukan rutinitas seperti biasanya. Berolahraga, sarapan, dan kemudian mencari rumput ke hutan. Sambil mengayuh sepeda dengan riangnya, kambing berpapasan dengan sosok yang sepertinya dia kenal. Kancil! Ya, dia bertemu lagi dengan kancil setelah beberapa lama tak bertemu setelah perkenalan pertama mereka itu. Tapi, ada yang aneh dengan Kancil karena wajah Kancil terlihat sangat muram.
“Hey Kancil, ada apa dengan mu? Mengapa kamu terlihat sedih?”, Tanya Kambing.
“Ah kau ternyata Mbing, aku kira siapa. Penyamaranku gagal Mbing.”
“Maksudnya?”, Tanya kambing masih belum mengerti.
“Iya, aku kan kemarin menyamar sebagai oran-orangan sawah di kebun Pak Tani. Nah, pada suatu malam aku melakukan rutinitas ku seperti biasa dengan makan malam sepuasnya di kebun Pak Tani itu. Tanpa diduga Bu Tani datang dan menjerit, lalu Pak Tani keluar dan aku tak sempat melarikan diri. Terbongkarlah penyamarannku itu. Aku dikurung dan kemudian dipukuli beberapa kali, beruntunglah aku karena Pak Tani memaafkan aku.” Curhat Kancil kepada Kambing.
“Apa? Mereka memukulimu? Sudah aku bilang dari awal kan bahwa jangan melakukan aksi itu, kau sendiri kan yang rugi Cil.”
“Iya, aku menyesal sekali Mbing. Sakit ya ternyata dipukuli itu.”
“Yasudahlah kalau begitu. Sekarang kau mau kemana Mbing?”
“Entahlah Mbing, aku galau harus pergi kemna sekarang.”
“Bagaimana jika kau ikut denganku berdagang? Berdagang lebih baik dari pada kau tak tahu tujuan Cil.” Saran Kambing kepada Kancil.
“Hmm, baiklah aku ikut denganmu Mbing, Mulai dari sekarang aku akan bertobat seperti apa yang kau katakana pada waktu itu Mbing. Terimakasih ya Mbing.” Kancil mengusap air mata yang tak segaja membasahi pipinya.
“Iya, santai saja kita kan teman Cil.”
Kemudian Kancil pun membantu Kambing mencari rumput di hutan dan ikut berdagang bersama Kambing. Hari itu mereka mengikrarkan diri unuk menjadi sahabat baik dengan membuat gelang bersama dari kulit kayu yang kemudian ditulisi “BFF”.