Selasa, 24 Juli 2012

Proposal Peneltian Research Methode 1 :)


Proposal Penelitian
"Hubungan Kecerdasan Linguistik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris terhadap Pencapaian Siswa"


BAB I
PENDAHULUAN
A.             Latar belakang penelitian
            Bahasa merupakan suatu alat komunikasi. Demikian pula dengan bahasa Inggris, saat ini bahasa Inggris digunakan sebagai alat komunikasi global bahkan turut dijadikan sebagai bahasa kedua di beberapa negara salah satunya Indonesia. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Jazadi (2008) bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa global yang sangat berperan dalam interaksi dan komunikasi global seiring dengan kemajuan dan persaingan globalisasi. Pun dalam pernyataan Gradol (2006), dalam laporannya yang berjudul English Next yang dikutip dari Istiqomah (2011) bahwa terdapat 2 milyar orang di dunia berbicara bahasa Inggris  atau sedang mempelajari bahasa Inggris dalam satu dasawarsa ini. Hal tersebut menunjukan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang harus dipelajari karena merupakan suatu kebutuhan.
            Di sisi lain, fenomena yang terjadi adalah tidak semua orang khususnya siswa dengan mudah mampu mempelajari dan menguasai bahasa Inggris. Menurut Baharudin (2007) dalam penelitian Rahayu (2010), penguasaan yang berbeda pada diri setiap individu disebabkan karena satu individu dengan individu lainnya memiliki kemampuan yang berbeda dalam mempelajari suatu bahasa baru karena disebabkan oleh beberapa alasan. Faktor yang dapat dijelaskan disini di antaranya adalah kecerdasan (intelligence) yang dimilikinya.
            Menurut Thorndike (1911) yang dikutip dalam Rahayu (2010), kecerdasan merupakan kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diterimanya. Bila pengertian tersebut dihubungkan dengan kemampuan seseorang terhadap penguasaan bahasa, dapat dikatakan bahwa perbedaan kemampuan yang terjadi pada setiap individu untuk menguasai suatu bahasa baru yaitu bahasa Inggris adalah wajar adanya karena dipengaruhi oleh kecerdasan.
            Pernyataan tersebut juga didukung oleh teori Multiple Intelligences atau kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh Gardner (1983) yang dikutip dari Badriyah (2007), teori kecerdasan majemuk ini memuat berbagai macam kecerdasan yang dimiliki manusia. Gardner mengembangkan teori intelegensi menjadi kecerdasan majemuk yang memiliki delapan jenis kecerdasan. Adapun berbagai kecerdasan itu adalah sebagai berikut word smart (kecerdasan linguistik), number smart (kecerdasan logismatematis), picture smart (kecerdasan spasial), body smart (kecerdasan kinestetik-jasmani), music smart (kecerdasan musikal), people smart (kecerdasan antarpribadi), self smart (kecerdasan intrapribadi), dan nature smart (kecerdasan naturalis).
            Dari penjelasan di atas mengenai kecerdasan majemuk, peneliti bermaksud untuk mengetahui dan menguji apakah terdapat hubungan antara kecerdasan linguistik dalam kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa terhadap pencapaian siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Adapun kecerdasan majemuk yang berkaitan dengan bahasa dan dijadikan fokus penelitian ini adalah Word Smart (kecerdasan linguistik).
            Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan yang dimiliki individu yang melibatkan kepekaan terhadap bahasa lisan maupun tulisan, kemampuan mempelajari bahasa, dan kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu (Gardner, 1999). Menurut Gardner (1999) yang dikutip dalam penelitian Badriyah (2007), menghafal, membaca, menulis, berbicara, mendengar merupakan kegiatan yang dikuasai oleh seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik. Adapun ciri-ciri dari kecerdasan linguistik itu sendiri diantaranya adalah, suka menulis kreatif di rumah, mengarang kisah khayal atau menuturkan lelucon dan cerita, sangat hafal nama, tempat, tanggal, atau hal-hal kecil, menikmati membaca buku di waktu senggang, mengeja kata-kata dengan cepat dan mudah, menyukai pantun lucu dan permainan kata, suka mengisi teka-teki silang atau melakukan permainan seperti scrable atau anagram, menikmati mendengartkan kata-kata lisan (cerita, program radio, pembacaan buku dan lain-lain), mempunyai kosa kata yang luas untuk anak seusianya, dan unggul dalam pelajaran sekolah yang melibatkan membaca dan atau menulis.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa kecerdasan linguistik erat kaitannya dengan pembelajaran bahasa Inggris karena disebutkan bahwa kemampuan mempelajari suatu bahasa merupakan salah satu yang dijelaskan dalam kecerdasan linguistik. Di sisi lain, peneliti ingin menyatakan kembali bahwa meskipun dalam diri setiap individu masing-masingnya memiliki delapan kecerdasan majemuk, namun tidak dari setiap individu tersebut memiliki tingkat kecerdasan linguistik yang sama. Hal tesebut menyebabkan kecerdasan linguistik dapat mempengaruhi penggunaan bahasa pada diri setiap individu. Jazadi (2008) pun menjelaskan mengenai bahasa Inggris yang merupakan bahasa global, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran bahasa Inggris, penggunaan bahasa itu penting.
Beralih kepada pencapaian terhadap kecerdasan linguistik dalam pembelajaran Inggris. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Badriyah (2007), disebutkan bahwa tingkat kecerdasan cukup menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Hal tersebut menunjukaan bahwa semakin tinggi kecerdasan seorang siswa maka semakin tinggi pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.
            Adapun yang dimaksud dengan pencapaian adalah pengetahuan, pengertian, dan keterampilan yang dikuasai sebagai hasil pengalaman pendidikan khusus. Pencapaian siswa dapat diukur pada saat permulaan pembelajaran, selama pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran (Brown, 1980). Pencapaian yang peneliti maksud berdasarkan definisi diatas adalah kemampuan dari siswa dalam pemahaman materi bahasa Inggris yang diukur pada saat setelah siswa diberikan materi-materi yang telah diajarkan oleh guru sebelumnya.
Di sisi lain menurut Hakim (2005), disebutkan bahwa tingkat kecerdasan merupakan faktor utama yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang yang mana dalam kesempatan ini keberhasilan tersebut merupakan pencapaian. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai kecerdasan majemuk yang sudah diperkenalkan Gardner sejak tahun 1983 yang mana apakah kecerdasan majemuk memiliki hubungan atau tidak terhadap pencapaian siswa di sekolah. Peneliti kemudian menentukan topik penelitian dengan judul “Hubungan antara Kecerdasan Linguistik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris terhadap Pencapaian Siswa” sebagai bahan penelitian ini.
B.                 Rumusan masalah
           Berdasarkan sumber dan teori pada latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah yang menjadi fenomena dan menjadi pokok bahasan peneliti adalah hubungan antara kecerdasan linguistik siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris dan hubungannya dengan pencapaian siswa. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang dapat disampaikan peneliti adalah, “Apakah terdapat hubungan antara kemampuan linguistik dalam pembelajaran bahasa Inggris terhadap pencapaian siswa?”.


C.             Tujuan penelitian
           Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara kecerdasan linguistik siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan pencapaian siswa selama pembelajaran.

D.             Manfaat penelitian
           Melalui penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi hal yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya bagi pengajar bahasa. Selain itu peneliti berharap melalui penelitian ini, peneliti ingin membuktikan hubungan antara kecerdasan linguistik siswa terhadap pencapaiannya dalam pembelajaran bahasa Inggris apakah saling memiliki keterkaitan atau tidak sehingga bisa dijadikan referensi untuk cara pengajaran khususnya bagi pengajar bahasa. Lebih lagi, peneliti merupakan calon pendidik dan atau guru bahasa Inggris. Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat menjadi pelajaran untuk dimasa yang akan datang. Selain itu, penelitian ini pun diharapkan mampu menjadi motivasi tertentu bagi guru agar lebih kreatif dalam proses pengajaran sehingga siswa dapat lebih mudah mencapai apa yang diharapkan oleh guru selama pembelajaran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.             Kajian Pustaka
           Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di Bab I, dalam kajian pustaka ini peneliti akan membahas kata kunci yang digunakan sebagai variabel di dalam penelitian ini yaitu kecerdasan linguistik dan pencapaian. Pertama adalah kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik merupakan salah satu kemampuan yang terdapat dalam kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Gardner (1993).
           Dalam kenyataanya terdapat delapan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap individu. Kedelapan kecerdasan tersebut adalah word smart (kecerdasan linguistik), number smart (kecerdasan logismatematis), picture smart (kecerdasan spasial), body smart (kecerdasan kinestetik-jasmani), music smart (kecerdasan musikal), people smart (kecerdasan antarpribadi), self smart (kecerdasan intrapribadi), dan nature smart (kecerdasan naturalis) (Gardner, 1983). Dari berbagai kecerdasan majemuk tersebut, kecerdasan yang erat kaitannya dengan pembelajaran bahasa Inggris adalah kecerdasan linguistik yang memiliki hubungan dengan mempelajari suatu bahasa. Oleh karena itu, dari kedelapan kecerdasan tersebut yang paling sesuai dengan pembahasan ini adalah kecerdasan linguistik.
           Kecerdasan linguistik sendiri memiliki arti berupa kemampuan yang dimiliki individu yang melibatkan kepekaan terhadap bahasa lisan maupun tulisan, kemampuan mempelajari bahasa, dan kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu (Gardner, 1999). Amstrong (2009) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik dengan kemampuan tinggi, mereka berfikir melalui kata-kata. Mereka juga mencintai kegiatan membaca, menulis, menceritakan dongeng, bermain dengan permainan kata-kata. Selain itu, mereka juga membutuhkan buku, peralatan menulis, buku diari, debat, dan lain hal sebagainya untuk menunjang kegiatan pembelajaran mereka.
           Di sisi lain, kecerdasan linguistik melibatkan kepekaan terhadap bahasa lisan maupun tulisan, kemampuan untuk mempelajari suatu bahasa, dan kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu (Gardner, 1999: 37). Seseorang yang memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi, bisa dikatakan bahwa dia memiliki kemampuan berbahasa yang baik. Hal itu disebabkan karena kecerdasan linguistik mencakup kemampuan dalam mempelajari bahasa dan kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut dalam hal-hal yang disesuaikan dengan tujuannya.
           Menurut Armstrong dalam bukunya yang berjudul Multiple Intelligences in the Classroom (2009: 6), kecerdasan linguistik merupakan kapasitas seseorang untuk menggunakan kata-kata secara efektif yang mencakup kemampuan lisan atau dalam menulis. Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan untuk memanipulasi syntax atau struktur dari bahasa, phonology atau bunyi dari bahasa, semantic atau arti dari bahasa, dan pragmatic  atau penggunaan bahasa secara praktik yang sesuai dengan konteks bahasan.
           Dari penjelasan di atas mengenai kecerdasan linguistik, peneliti mengartikan bahwa kecerdasan linguistik erat kaitannya dengan penguasaan bahasa. Hal itu berhubungan dengan penguasaan bahasa kedua yang dimiliki seseorang dan merupakan suatu indikator apakah seseorang tersebut memiliki kecerdasan yang tinggi dalam kecerdasan linguistik atau tidak. Laughlin (1999) menjelaskan bahwa karakteristik seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan linguistik yang tinggi bisa dilihat dari kemampuannya ketika mempelajari bahasa kedua yang mempergunakan keahlian mendengar, berbicara, menulis, dan membaca untuk berkomunikasi, berdiskusi, dan meyakinkan orang lain. Dalam hal ini kecerdasan linguistik dalam pembelajaran bahasa Inggris ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai empat keahlian dalam bahasa Inggris yaitu listening (mendengarkan), speaking (berbicara), writing (menulis), dan reading (membaca).
Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat dunia secara global untuk berkomunikasi. Ini didukung dengan pernyataan Huda (1999) bahwa bahasa Inggris menjadi pemenang di era globalisasi ini. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa hal itu menyebabkan bahasa Inggris menjadi bahasa kedua di Indonesia yang harus dikuasai setelah bahasa ibu atau bahasa daerah dan bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia.
Pokok bahasan yang kedua di dalam kajian pustaka ini adalah pencapaian dari seorang siswa. Seiring perkembangan zaman, menentukan pencapaian dari kemampuan siswa tak bisa jika hanya didasarkan pada nilai akhir saja. Hal tersebut mengacu pada pengertian pencapaian menurut Brown (1980), yang menjelaskan bahwa pencapaian adalah pengetahuan, pengertian, dan keterampilan yang dikuasai sebagai hasil pengalaman dari pendidikan khusus. Pencapaian tersebut dapat diukur pada saat permulaan pembelajaran, selama pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran.
Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh kelompok dari IKIP Semarang, pencapaian juga mencakup beberapa aspek yang dinilai yaitu aspek kognitif, aplikasi atau performance, aspek afektif yang menyangkut sikap serta internalisasi nilai-nilai yang perlu ditanamkan dan dibina melalui mata ajaran atau mata kuliah yang telah diberikan oleh gurunya. Rangakaian penilaian dari awal sampai akhir merupakan proses yang sangat menentukan dalam mengetahui pencapaian. Berdasarkan hal tersebut, mengetahui pencapaian siswa tidak bisa bila hanya didasarkan pada satu patokan nilai di akhir saja, melainkan proses ketika pembelajaran dan hasil dari pembelajaran tersebut berlangsung.
Pencapaian juga bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Menurut Herdiani (2009), prestasi akademik merupakan hasil dari proses belajar yang merupakan indikator pencapaian dari proses belajar tersebut. Dalam prosesnya, belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, beberapa diantaranya adalah kompetensi profesional guru, iklim sosial kelas, dan kebiasaan belajar siswa.



B.              Hubungan antar variabel
           Berdasarkan penjelasan pada kajian pustaka, dapat ditarik hubungan dari variabel yang ada antara kemampuan linguistik siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai variabel pertama dan variabel yang kedua yaitu pencapaian siswa. Dari penelitian-penelitian sebelumnya dan beberapa buku yang dijadikin peneliti sebagai referensi, peneliti memposisikan bahwa posisi penelitian ini sedikit banyak memiliki persamaan dan tperbedaan dengan penelitian sebelumnya. Berdasarkan kajian teori yang telah didapatkan peneliti, penelitian yang terdahulu lebih banyak menghubungkan seluruh kecerdasan majemuk dalam mengukur hubungan pencapaian siswa.
           Hal tersebut mengacu pada beberapa penelitian yang dilakukan oleh Reidel, dkk (2003) yang membahas mengenai kecerdasan majemuk dan kaitannya dengan mengembangkan minat siswa dalam membaca melalui strategi pengajaran dengan menggunakan pendekatan kecerdasan majemuk. Contoh dari penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Geimer, dkk (2000) dengan judul penelitian “Improving Student Achievement in Language Arts through Implementation of Multiple Intelligences Teaching Strategies”. Berdasarkan beberapa contoh dari penelitian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa penelitian yang peneliti buat merupakan penelitian yang berbeda. Hal itu dikarenakan, peneliti hanya memfokuskan pada salah satu kecerdasan dari delapan kecerdasan dalam kecerdasan majemuk yang dijadikan variabel dalam penelitian ini yaitu kecerdasan linguistik. Kecerdasan tersebut merupakan salah satu kecerdasan yang dicetuskan oleh Gardner dalam bukunya “Frames Of Mind: The Theory Of Multiple Intelligences” (1993).
           Hubungan antar variabel dalam penelitian ini saling berkaitan. Hal itu merujuk pada penelitian yang dilakukan Geimer, Getz, Pochert, dan Pulmann (2000) bahwa teori kecerdasan majemuk nampak sebagai strategi utama untuk mengembangkan pencapaian siswa yang berhubungan dengan kurikulum, termasuk siswa yang berkebutuhan khusus dan memiliki pencapaian rendah. Geimer dkk menyatakan bahwa kecerdasan majemuk adalah suatu cara untuk mengembangkan pencapaian siswa. Namun, dikarenakan kecerdasan linguistik merupakan salah satu dari jenis kecerdasan majemuk, maka dapat dikatakan bahwa kecerdasan linguistik memiliki hubungan dengan pencapaian siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.             Jenis penelitian
           Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode kuantitatif melalui studi korelasi. Metode kuantitatif dilakukan dalam penelitian ini karena peneliti mengambil data dari mayoritas suatu populasi. Hal itu dikarenakan peneliti ingin mengetahui hubungan antara variabel yaitu kemampuan linguistik siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan variabel pencapaian siswa yang didasarkan pada fenomena yang ada.
           Menurut Gay (1982: 430) dalam penelitian Doriza (2008), studi korelasi merupakan desain penelitian yang melibatkan pengumpulan data untuk menentukan apakah dan pada tingkat manakah hubungan antara dua atau lebih variabel yang terdapat pada jenis penelitian kuantitatif. Oleh sebab itu, melalui penelitian ini peneliti menggunakan studi korelasi melalui metode kuantitatif.

B.              Variabel penelitian
           Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasi. Dalam penelitian ini yang menjadi pembahasan merupakan hubungan antar variabel. Adapun variable yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini yaitu variabel X yang mewakili kemampuan linguistik siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dan variable Y untuk mewakili pencapaian siswa. Sehingga berdasarkan variabel tersebut, peneliti mengharapkan mampu menjawab pertanyaan  penelitian yang merupakan rumusan masalah dalam penelitian ini.

C.             Definisi operasional
           Merujuk pada penjelasan-penjelasan mengenai kecerdasan lnguistik dan pecapaian siswa dalam kajian pustaka, peneliti mendefinisikan variabel-variabel tersebut sebagai berikut. Definisi operasional yang peneliti maksud dengan kemampuan linguistik adalah kemampuan yang dimiliki siswa ketika siswa memiliki kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dan kemampuan siswa tersebut dalam mempelajari bahasa kedua yang dalam hal ini adalah bahasa Inggris. Definisi tersebut mengacu pada pengertian kecerdasan linguistik menurut Gardner (1999) dalam Badriyah (2007) bahwa kecerdasan linguistik melibatkan kepekaan terhadap bahasa lisan maupun tulisan, kemampuan untuk mempelajari suatu bahasa, dan kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, dalam pembelajaran bahasa Inggris siswa mampu menguasai keterampilan yang harus dikuasai dalam bahasa Inggris yaitu keterampilan mendengarkan (listening), keterampilan berbicara (speaking), keterampilan membaca (reading), dan keterampilan menulis (writing).
           Sedangkan yang peneliti maksud dengan pencapaian adalah hal yang mampu dicapai oleh siswa dalam keterampilan yang harus dikuasai dalam bahasa Inggris yaitu listening, speaking, reading, dan writing. Pencapaian tersebut diukur dengan beberapa beberapa tes yang mencakup semua aspek dari keterampilan yang harus dikuasai dalam bahasa Inggris tersebut. Definisi tersebut mengacu pada pengertian pencapaian menurut Brown (1980), yang menjelaskan bahwa pencapaian adalah pengetahuan, pengertian, dan keterampilan yang dikuasai sebagai hasil pengalaman dari pendidikan khusus.
          
D.             Populasi dan sampel penelitian
           Berdasarkan penelitian ini, peneliti akan mengambil sumber data penelitian dari siswa dan guru bahasa Inggris tingkat SMP negeri di Jakarta Selatan sebagai populasi. Terdapat sepuluh kecamatan di daerah Jakarta Selatan, dan yang dijadikan sampel dalam penelitin ini adalah lima SMP negeri di beberapa kecamatan yang dianggap sudah bisa mewakili populasi yang ada. Adapun sekolah yang akan dijadikan partisipan adalah SMP negeri yang berada di Kecamatan Mampang, Kebayoran Baru, Tebet, Pasar Minggu, dan Cilandak. Selanjutnya, peneliti memilih satu sekolah dari masing-masing kecamatan tersebut sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini berasal dari lima sekolah dengan kecamatan yang berbeda. Alasan peneliti menggunakan beberapa SMP negeri tersebut sebagai sampel karena di salah satu sekolah tersebut, peneliti menemukan kecocokan dengan topik penelitian yang didasarkan pada observasi yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, dimana terdapat siswa yang memiliki nilai-nilai yang cukup baik dengan minat mereka terhadap pelajaran bahasa Inggris dan sebaliknya.
           Fenomena tersebut kemudian mendorong minat peneliti untuk melakukan penelitian tersebut di daerah Jakarta Selatan, lebih lagi tempat tinggal peneliti berada di Jakarta Selatan sehingga sedikit banyak peneliti sudah mengetahui seperti apa pembelajaran di daerah ini. Selain itu pada masa SMP, siswa mulai dikenalkan dengan materi pembelajaran yang lebih tinggi seperti pengenalan grammar, jenis teks, dan lain hal sebagainya bila dibandingkan dengan jenjang sebelumnya yaitu SD.
           Berdasarkan populasi tersebut, peneliti akan memilih siswa berdasarkan presentasi 30% dari masing-masing stratum kelas yang terdiri dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Adapun cara pemerolehan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan stratified random sampling. Peneliti menggunakan teknik tersebut dikarenakan jenis penelitian ini adalah kuantitatif, sehingga teknik pegumpulan sampel yang dipakai adalah probability sampling melalui teknik stratified random sampling. Peneliti berharap melalui cara pengambilan sampel yang seperti ini, kemampuan dan pencapaian yang peneliti harapkan dapat terwakili oleh masing-masing tingkatan kelas. Hal tersebut juga ditunjang oleh ciri khas dari stratified random sampling yang ingin mengetahui karakteristik siswa dalam setiap stratum yang berbeda-beda, seperti kemampuan kognitif dan input berupa materi pembelajaran dalam setiap tingkatan kelas. Guru yang disebutkan sebagai populasi dijadikan partisipan oleh peneliti hanya sebagai penunjang validitas dari penelitian ini.

E.              Instrumen dan teknik pengumpulan data
           Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan empat instrumen penelitian yang terdiri dari tes kemampuan linguistik, kuisioner reflektif mengenai minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris, tes kemampuan bahasa Inggris, dan wawancara. Instrumen pertama dan kedua yaitu tes kemampuan linguistik serta kuisioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk mengukur kadar minat mereka terhadap pelajaran bahasa Inggris berupa pertanyaan-pertanyaan reflektif. Kuisioner reflektif tersebut digunakan sebagai tambahan data bagi peneliti karena peneliti ingin mengetahui seberapa besar minat dari masing-masing siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris. Selain itu, kuisioner yang digunakan peneliti merupakan sebagai tahapan awal dari penelitian. Melalui tes kemampuan linguistik dan kuisioner tersebut, peneliti mengharapkan akan mengetahui siapa saja yang memiliki kecerdasan linguistik dengan kemampuan yang tinggi, sedang, maupun rendah beserta tingkat minatnya terhadap pelajaran bahasa Inggris.
           Instrumen ketiga yaitu tes kemampuan bahasa Inggris siswa yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris dari semua siswa yang dijadikan sampel. Untuk mengukur kemampuan tersebut, peneliti menggunakan tes tulis dan praktek untuk mengukur secara nyata hubungan antara kecerdasan linguistik dengan pencapaian dalam materi bahasa Inggris yang dimiliki siswa. Dalam hal ini beberapa tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan bahasa Inggis tersebut yaitu reading, listening, speaking, dan writing.
           Adapun instrumen terakhir yang merupakan instrument tambahan dalam penelitian ini yaitu wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa siswa selaku sampel dan guru bahasa Inggris di sekolah tersebut. Wawancara dilakukan hanya untuk memastikan antara hasil beberapa kuisioner dengan tes terhadap pernyataan dari siswa dan pendapat guru bahasa Inggris mereka. Adapun maksud dari wawancara ini merupakan bukan sesuatu yang menjadi penentu, melainkan instrumen pembantu saja sebagai penunjang validitas penelitian.
           Instrumen untuk mengukur keterampilan juga pencapaian tersebut, diperhitungkan peneliti melalui rubrik penilaian tertentu yang sudah disiapkan peneliti pada setiap tes kecerdasan linguistik maupun tes kemampuan bahasa Inggris. Adapun atribut dalam mengukur variabel ini yaitu siswa yang memiliki kecerdasan linguistik rendah, sedang, atau tinggi yang dapat diketahui melalui tes kecerdasan majemuk. Selain itu hasil dari pencapaian yang diukur oleh peneliti, apakah hubungan antar kedua variabel tersebut positif atau negatif yang diukur dengan atribut rendah, sedang, dan tinggi pada tes kemampuan siswa.

F.              Prosedur penelitian
           Seperti yang peneliti sudah sampaikan pada poin A dalam jenis penelitian, jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan studi korelasi. Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan melibatkan proses pertanyaan dalam kuisioner dan hasil dari empat tes kemampuan bahasa Inggris yang dijadikan sumber data penelitian.
           Pertama peneliti akan melakukan observasi untuk meyakinkan kembali SMP negeri mana yang akan dijadikan sebagai sampel. Observasi tersebut dilakukan peneliti agar peneliti bisa menentukan kelas mana yang sekiranya bisa dijadikan sampel penelitian. Adapun siswa yang akan dilibatkan sebagai sumber data penelitian ini adalah kelas VII, VIII, dan IX. Dikarenakan proses pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling, maka peneliti hanya melibatkan satu kelas dari masing-masing tingkatan kelas dengan proporsi yang disesuaikan dengan kuota sampel yang ditetapkan. Dari sampel tersebut, peneliti akan memberikan tes untuk menguji kecerdasan majemuk yang dominan dari partisipan dimana tes tersebut akan difokuskan pada kecerdasan linguistik yang mereka miliki. Selain itu, siswa yang dijadikan sampel juga diberikan kuisioner yang berisi beberapa pertanyaan mengenai tanggapan mereka mengenai minat terhadap terhadap pelajaran bahasa Inggris.
           Setelah peneliti melakukan tes kecerdasan majemuk, peneliti kemudian akan memberikan beberapa tes untuk menguji kemampuan bahasa Inggris partisipan. Untuk yang petama, peneliti akan memberikan tes membaca teks atau reading. Tes tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur kemampuan membaca yang dimana sebelumnya siswa akan diberikan sebuah teks deskripsi. Setelah itu, partisipan juga akan diberikan tes presentasi kelompok untuk mengukur kemampuan berbicara atau speaking. Terakhir yaitu tes membuat cerita naratif untuk mengukur kemampuan menulis atau writing yang mana dalam tes ini siswa diberikan waktu 30 menit untuk mengarang. Untuk mengukur kemampuan mendengarkan atau listening, peneliti akan memberikan tes yang bernama Missing Lyric. Dalam tes ini partisipan akan diberikan selembar lirik lagu yang beberapa katanya dihilangkan. Ketika mengisi lirik kosong tersebut, siswa akan diperdengarkan sebuah lagu berbahasa Inggris dengan tempo sedang dan kemudian mengisi kata pada lirik kosong yang telah diberikan.
           Tahapan selanjutnya setelah peneliti memberikan serangkaian tes, peneliti akan melakukan beberapa wawancara singkat dengan beberapa orang siswa dari masing-masing tingkatan kelas. Selain itu, peneliti juga akan mewawancarai guru bahasa Inggris untuk mengetahui dan mencocokan data yang telah diperoleh peneliti. Peneliti sudah mendapatkan data yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimanakah hubungan kecerdasan linguistik dalam pembelajaran bahasa Inggris terhadap pencapaian siswa. Tahapan selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah menganalisis data yang mana melalui tahap ini peneliti akan mendapatkan kesimpulan yang diharapkan akan menjawab pertanyaan penelitian.







DAFTAR PUSTAKA

Addin Mardiansyah, d. (2010, December 1). Belajar Itu Penting. Diakses Mei 3, 2012, dari            http://behaviorurldefaultvml-o.html.

Badriyah, L. Aplikasi Teori Multiple Intelllignces dengan Pendekatan Kooperatif dan        proyek terbuka dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI.           (Malang: UIN             Malang, 2007), hlm. 27, 38, 39.
           cMn5UtUwjAC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006).                   
Doriza, S. (2008, November 9). Penelitian Korelasi. Diakses Juni 19, 2012, dari    wordpress:            http://sdoriza.wordpress.com/2008/11/09/penelitian-korelasi/.
Geimer, M. dkk. (2000). Improving Student Achievement in Language Arts through          Implementation of Multiple Intelligences Teaching Strategies. Chicago: Saint Xafier      University.
Hakim, T. (2005). Belajar secara efektif. Diakses Juni 20, 2012, dari Google Book:            http://www.google.co.id/books?id=

Herdiani, A. (2010). Pengaruh Persepsi Siswa tentang Kompetensi Profesional Guru dan            Iklim Sosial Kelas terhadap Prestasi Akademik Siswa melalui Kebiasaan Belajar        Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri I Kepanjen Tahun Ajaran 2009-2010 pada Mata            Pelajaran Akuntansi. Diakses Juni 22, 2012, dari SKRIPSI Jurusan Akutansi -      Fakultas Ekonomi UM, 2010:             http://ilmiah.um.ac.id/index.php/akutansi/article/view/5191.

Istiqomah. (2011, Juli 11). Globalisasi dan Bahasa Inggris. Diakses Juni 24, 2012, dari    Pusat Sumber Belajar Dit. PSMA: http://www.psb-psma.org/forum/forum-mata-         pelajaran/bahasa-inggris/3948-globalisasi-dan-bahasa-inggris.

Jazadi, I. (2008, September 2). Bahasa Inggris Sebagai Alat Komunikasi   Global. Diakses           Juni 24, 2012, dari JASMANSYAH Media Shilaturrahmi, berbagi informasi &           Ilmu:http://jasmansyah76.wordpress.com/2008/09/02/bahasa-inggris-sebagai-alat-   komunikasi-global/.

Masidjo, I. (n.d.). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Diakses Juni 20,           2012, from Google Book:                         http://www.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=HsRN-YFQ-                                  vAC&oi=fnd&pg=PA5&dq=pencapaian+siswa+dalam+belajar&ots=svskevHb            kV&sig=UXGVrbM2YMKBfIbtQ71Gqn76HMc&redir_esc=y#v=onepage&q      =pencapaian%20siswa%20dalam%20belajar&f=false

Rahayu, P. Pengaruh Lingkungan Belajar dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi            Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X di SMA Widya Dharma Turen.       (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2010).

Reidel, J., dkk. (2003). Improving Student Academic Reading through the Use of Multiple            Intelligences Teaching Strategies. Chicago: Saint Savier Univercity.