Sabtu, 21 Maret 2015

Politik dan Aku (Si Mahasiswa)

Jengah!
Satu kata yang ingin ku lontarkan dari hingar-bingar berita tentang politik di negeri ini. Namun, setelah kucoba untuk membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengenai artinya nampaknya apa yang ada dipikiranku sedikit berbeda dngan arti sebenernya. KBBI menjawab bahwa arti dari jengah adalah malu. Padahal maksudku adalah lelah dan jenuh. Tapi, tak apa lah aku sebut saja kata itu yang melukiskan perasaankanku ini, jengah.
Bagaimana aku yang sebenernya yang hanya asal paham terhadap politik tidak jengah terhadap apa yang terjadi belekangan ini. Kejadian yang cukup membuat telinga dan hati panas. Tentang orang-orang yang hanya bisa protes, mencela, menghina, mencaci, menyalahkan, atau bahkan terbawa arus yang tak sedikit dari mereka tak tahu arus yang membawa mereka itu. Ditambah lagi media massa yang aku juga percaya bahwa mereka tak memberitakan semurni yang seharusnya.
Aku tak tahu harus berkomentar apa tentang arus politik negeri ini. Karena sejujurnya aku yang tak paham politik ini hanya bisa mencoba untuk berbaik sangka saja terhadap apa yang terjadi. Mungkin ada yang berpendapat tak mau ambil pusing atau sekedar mencari alasan sajakah ini? Mungkin, tapi yang aku yakin untuk aku yang belum apa-apa ini lebih baik jika aku mengalihkan kekesalanku terhadap apa yang bisa memberikan kebaikan padaku.
Ya, seperti yang aku sampaikan sebelumnya bahwa aku juga kesal. Lalu, memberikan kebaikan padaku? Bukan maksudku untuk tak turut andil dalam pergolakan politik di negara ku ini. Bukan pula karena aku yang terlalu sibuk dengan urusanku. Hal yang menjadi bahan pertimbanganku adalah jika aku turut berkoar-koar entah itu positif atau negatif, apakah itu akan menambah baik suasana atau mungkin dapat memperkeruh keadaan kah?
Sikapku hanya diam mencoba untuk belum memihak. Ya! Aku saat ini BELUM bukan tidak meskipun dalam hatiku aku mencoba untuk mendukung pemimpin bangsa ini, Sang Presiden. Aku yang saat ini masih berkutat untuk menyelesaikan studiku berusaha sekuat-kuatnya untuk berbuat semaksimal yang aku bisa. Aku sedang memantaskan diri. Waktunya tiba dan jika sang maha kuasa mengizinkan aku ingin turut andil untuk turut membangun negeri ini.
Oleh karena itu, dari pada terus menghabiskan energimu untuk mencaci, memaki, atau mengeluh alangkah lebih baiknya jika kita memepersiapka diri kita untuk hari yang lebih baik. Indonesia yang lebih cerah karena pemuda-pemudinya yang berpikiran positif dan saling menjaga perdamaian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar